Jumat, 05 November 2010

Debu vulkanik: berbahayakah?

Mungkin bisa dikatakan, letusan merapi kali ini tidak seperti biasanya. Letusan-letusan merapi sebelumnya umumnya berupa guguran lava yang diiringi oleh aliran abu panas (yang oleh penduduk disebut "wedus gembel"). Letusan kali ini bertipe eksplosif dengan sebaran abu volkanik sangat luas. Berbahayakah abu volkanik ini bila terhirup?

Dalam mineralogi medis, suatu cabang mineralogi yang berkembang akhir-akhir ini, dikatakan bahwa toksisitas beberapa debu mineral telah diketahui sejak lama. Agricola yang menulis buku tentang De Re Metalica Libri XII (1556) pada tambang di Bohemia melaporkan bahwa, "abu yang masuk melalui saluran pernafasan dan paru-paru menghasilkan kesulitan dalam pernapasan - jika debu mempunyai sifat korosif, akan melukai dinding paru-paru." Suatu penyakit yang dikenal dengan istilah silikosis, disebabkan oleh masuknya debu silika kristalin dalam pernapasan. Menurut Fubini & Fenoglio (2007), jika kontak dengan fluida biologi, debu mineral membentuk radikal bebas. Radikal bebas ini akan mengganggu fungsi sel dan membran dalam tubuh. Mutasi pada DNA yang disebabkan oleh radikal bebas ini merupakan awal dari pembentukan kanker.

Bagaimana dengan debu vulkanik? Gunungapi memproduksi partikel berukuran nano- sampai mikrometer, termasuk silika kristalin dan belerang yang mungkin mempunyai potensi racun. Menurut ilmu batuan (petrologi), debu vulkanik tersusun oleh gelas vulkanik, ukuran nanometer sampai milimeter, dengan bentuk yang runcing-runcing atau dikenal dengan istilah 'glass shard'. Kalau pembaca pernah melihat batuapung yang berongga, bayangkan bila rongga pada batuapung membesar dan akhirnya dinding antar rongganya menjadi tipis dan pecah/patah. Nah seperti itu bentuk glass shard yang berukuran halus sebagai partikel debu vulkanik.

Partikel abu vulkanik terfragmentasi selama erupsi, menghasilkan debu yang masih segar, dengan permukaan reaktif dan belum teroksidasi. Hasil penelitian epidemologi dan toksikologi menurut Fubini & Fenoglio (2007), menunjukkan bahwa risiko kesehatan dari abu vulkanik yang mengandung silika kristalin tidak berhubungan dengan kandungan silika kristalin. Namun, kandungan besi pada abu vulkanik sangat reaktif dengan membentuk radikal bebas hidroksil. Selain itu abu vulkanik juga mengandung unsur berbahaya yang lain, seperti belerang.

Jadi, selain bentuknya yang runcing, debu vulkanik mengandung unsur-unsur yang berbahaya pada tubuh jika terhirup secara langsung. Gunakan masker atau penutup hidung dan mulut yang standar untuk menghindari pengaruh buruk dari debu vulkanik ini. Jangan spelekan kesehatan anda.


Quicklook: Debu vulkanik Merapi, 05-11-2010 di bawah mikroskop dengan perbesaran 250x. Idealnya partikel berukuran halus (nano- hingga mikrometer) dapat dilihat dengan jelas pada mikroskop elektron.

Tidak ada komentar: