Kamis, 09 Agustus 2007

Emas: diburu dan memburu

Sepanjang abad laki-laki dan perempuan telah menghargai emas, bahkan banyak di antara mereka telah mempunyai keinginan yang memaksakan untuk menumpuk sejumlah besar dari emas tersebut - keinginan yang memaksakan, pada kenyataannya bahwa keinginan gila untuk mencari dan menimbun sangat tepat disebut sebagai "demam emas." (Kirkemo, et al, 1998)

Emas merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena sering dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan.

Bagaimana dan dimana emas bisa ditemukan? Emas secara alamiah dapat dijumpai pada beberapa mineral, seperti emas murni, silvanit, kalaverit, krenerit, nagyagit, elektrum, dan uytenbogaardtit. Emas murni (native gold) mengandung sekitar 2-20% perak dan 0,1-0,5% tembaga. Elektrum adalah emas yang mengandung 30-50% perak. Berdasarkan hasil analisis geokimia, kandungan emas rata-rata di permukaan bumi (kerak bumi) sebesar 0,002 g/t (gram per ton). Jumlah ini tentu sangat kecil sekali. Dapat disebandingkan dengan jika kita mengambil 1 liter air laut kita akan mendapatkan 0,01 mikro gram. Akan tetapi mengapa di beberapa tempat tertentu dijumpai emas dalam jumlah besar? Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan emas terkumpul di tempat itu? Mungkin jawaban dari pertanyaan ini akan sulit dicerna tanpa pengetahuan dasar geologi yang memadai.

Ada tiga hal penting dalam membahas pembentukan emas, yaitu 1) suatu reservoar yang mengandung emas meskipun dalam kadar yang tidak begitu besar, 2) larutan airpanas yang dapat membawa emas ke tempat penjebakan, dan 3) tempat penjebakan. Emas dapat dijumpai dalam jumlah cukup besar pada inti bumi dan batuan-batuan yang berukuran halus, seperti lempung hitam. Dua hal ini merupakan reservoar potensial dari logam emas ini. Terdapat sedikit perbedaan antara pengertian reservoar di dunia minyakbumi dengan endapan logam. Reservoir di dunia minyakbumi lebih kepada tempat dimana minyak dapat berakumulasi sedangkan reservoar pada endapan logam (reservoar geokimia) merupakan tempat dimana asal logam pertama ditemukan sebelum mengalami akumulasi menjadi ekonomis, misalnya intibumi, mantel, kerak bumi, MORB, C1-chondrite, dll.

Untuk memindahkan emas dari reservoar ke tempat yang dapat diambil diperlukan suatu pengangkut, yang dalam hal ini berupa larutan airpanas (larutan hidrotermal). Mengapa harus airpanas? Karena hanya airpanas yang dapat mengangkut bermacam-macam logam di alam (lihat tulisan "Mandi airpanas ..."). Airpanas ini dapat berasal dari tiga macam, yaitu: 1) air meteorik yang bersinggungan dengan magma/batuan beku yang panas, 2) air magmatik, dan 3) air pori batuan sedimen yang terkena metamorfosa. Di samping itu harus ada suatu ligan yang dapat menyebabkan emas dapat larut ke dalam larutan hidrothermal, misalnya larutan komplek sulfida, larutan komplek klorida dan larutan tiokomplek. Jenis larutan yang mengangkut emas tergantung dari tipe endapan emas yang dikelompokkan berdasarkan perbedaan suhu pembentukannya (pembahasan mengenai tipe-tipe endapan emas akan dibahas pada artikel yang lain).

Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk larutan komplek sulfida atau klorida. Proses pengangkutan emas dapat dilihat pada reaksi berikut:

[Au(HS)2]- + H+ + 1/2 H2O = Au0 + 2H2S + 1/4O2


Dari reaksi ini dapat dilihat bahwa pengendapan emas sangat tergantung kepada besarnya perubahan pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorpsi oleh mineral lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana menjadi sedikit basa dan terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau emas akan mengendap jika terikat mineral lain, seperti pirit.

Emas murni sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg (air raksa). Sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN) dengan karbon aktif. Di antara kedua metode ini, metode amalgamasi paling mudah dilakukan dan tentunya dengan biaya yang relatif rendah. Hanya dengan modal air raksa dan alat pembakar, emas dengan mudah dapat diambil dari pengikatnya. Metode ini umumnya dipakai oleh penduduk lokal untuk mengambil emas dari batuan pembawanya. Namun, cara ini (amalgamasi, Red) tidak hanya menuai keuntungan, kematian juga dapat sewaktu-waktu memburu manusia yang berada di sekitar daerah penambangan. Kok bisa sesadis itu? Nantikan jawabannya di cerita lain tentang lingkungan pertambangan... (mungkin akan berjudul, "Sisi gelap lingkungan di sekitar tambang...).

Tidak ada komentar: