Sabtu, 25 Agustus 2007

Air mineral atau air bermineral?

Ingat Aqua, pasti ingat air mineral... Apa yang dimaksud dengan mineral pada istilah air mineral ini? Apakah istilah ini sama dengan istilah mineral di dunia mineralogi (cabang dari geologi)? Mineral pada "air mineral" merupakan istilah pada ilmu nutrisi. Pada kontek ini, air mineral berarti air yang mengandung senyawa penting atau nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Bagaimana dengan mineral di dunia mineralogi?

Dalam istilah umum, suatu mineral adalah unsur atau senyawa kimia yang umumnya kristalin dan terbentuk sebagai hasil dari proses-proses geologik. Namun, ada beberapa mineral yang bukan kristalin, misalnya amorf dan metamik... yang dapat dikelompokkan sebagai mineraloid. Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca pada Nickel (1995). Dalam geologi, mineral berperan sangat penting, karena menjadi dasar penamaan atau klasifikasi batuan. Dengan mengetahui jenis mineral, kita akan tahu unsur penting apa yang terkandung pada mineral itu. Ini sangat penting jika ingin mengetahui penyebaran unsur-unsur yang bernilai ekonomis, seperti emas, perak, tembaga, timbal, dll.

Beberapa kegunaan mempelajari mineral:

  • untuk menduga longsoran
    Longsoran pada prinsipnya terjadi karena ikatan antar komponen massa batuan menjadi lemah. Pelemahan ini paling mudah disebabkan oleh masuknya air ke zona lemah atau zona yang akan menjadi bidang gelincir dari longsoran (untuk lebih jelasnya baca Karnawati, 2005). Bagaimana dengan peran mineralogi? Longsoran sering berkaitan dengan mineral... misalnya mineral lempung (clay minerals). Salah satu jenis mineral lempung yang mempunyai sifat mudah menyerap air dan mengembang, misalnya montmorilonit. Ketika mineral ini mengembang, partikel air memperlemah ikatan awal dari mineral ini sehingga kekuatannya menjadi 0.

  • untuk mencari bahan baku industri
    Bahan baku industri alam akan berhubungan dengan mineral industri (industrial minerals), misalnya kaolin sebagai bahan baku industri keramik, bentonit-Na untuk bahan baku lumpur pemboran, kuarsa atau obsidian sebagai bahan baku industri gelas, dlsb. Untuk mencari bahan baku ini tentunya harus mengerti tentang mineral-mineral untuk industri tadi baik secara mineralogi maupun model geologinya (ini berguna untuk menghitung kuantitas mineralnya). Pendekatan geologi sangat penting, karena menyangkut kuantitas... Jangan sampai begitu ditambang 1 minggu cadangan mineral yang diinginkan habis (ini ada beberapa khasus khusus perusahaan tambang karbitan, hik.

  • untuk mencari bahan baku logam
    Seperti halnya bahan baku industri, mencari bahan baku logam (mineral bijih, atau ore minerals) jauh lebih sulit karena akumulasi logam di alam tidak begitu besar, kecuali pada daerah-daerah tertentu. Misalnya, logam tembaga-emas (Cu-Au) di Grasberg, Irian Jaya. Untuk mencari bahan baku logam ini diperlukan metode eksplorasi yang rumit, mulai dari eksplorasi regional, semi-rinci dan rinci... lalu dibuktikan dengan pemboran. Jadi, tidak asal dapat mineral logam langsung tambang.

  • untuk geologi medis
    Beberapa tahun terakhir telah berkembang cabang interdisipliner baru yang dikenal dengan geologi medis (medical geology). Bidang ini mempelajari baik unsur/mineral penyebab penyakit... misalnya asbestos (penyakit kanker paru-paru atau lebih tepatnya disebut asbestosis), penyakit gondok akibat kekurangan yodium atau yang baru-baru ini lagi naik daun yaitu penyakit akibat merkuri atau arsenik (baca artikel tentang Munir yang malang...). Selain mempelajari tentang penyebab penyakit alami baik karena kekurangan atau kelebihan unsur (toxic metals), geologi medis juga mempelajari mineral-mineral yang bisa dipakai untuk meningkatkan kesehatan, misalnya lempung sebagai obat mencret. Masih ingat orangtua jaman dulu (mungkin sampai sekarang, di desa-desa) masih memakai kapur untuk campuran daun sirih. Atau waktu saya kecil sering mengisap "ampa (dalam bahasa Bali)" (semacam tanah lihat yang dibakar), rasanya gurih. Lempung yang diisap ini mungkin bisa dipakai sebagai penyerap racun.

Daftar bacaan:
  • Karnawati, D. (2005) Bencana alam gerakan massa tanah di Indonesia dan upaya penanggulangannya. Jurusan Teknik Geologi FT-UGM, Yogyakarta, 232 h.
  • Nickel, E. H. (1995) The definition of a mineral. Can. Mineral. 33: 689-690.
  • Petruk, W. (2000) Applied mineralogy in the mining industry. Elsevier, Amsterdam, 268 h.
  • Siegel, F. T. (2002) Environmental geochemistry of potentially toxic metals. Springer-Verlag, Berlin, 218 h.

Tidak ada komentar: