Sabtu, 25 Agustus 2007

Ada apa dengan marmer?

Saya jadi ingat waktu masih mahasiswa semester IV. Waktu itu saya sudah selesai mengambil matakuliah Petrologi. Saat pulang kampung, salah satu rumah teman dibangun dengan megah (dalam konteks dulu istilah megah artinya bahan-bahan yang dipakai serba mahal). Salah satu komponen yang dipakai menurut orang-orang di kampung disebut sebagai marmer. Saya sangat kagum dengan keluarga teman saya yang beru membangun rumahnya dengan menggunakan lantai marmer. Saya menghabiskan waktu cukup lama liburan semester genap di rumah. Registrasi bisa dititipkan, jadi liburan bisa diperpanjang hingga 1,5 bulan.

Kebetulan waktu itu kakeknya teman yang mempunyai rumah baru ini meninggal. Karena orangtua saya sibuk saya diminta mewakili keluarga untuk melayat. Waktu saya sampai di rumah teman, biasa... otak masih segar dengan istilah bebatuan. Batu apapun yang dijumpai di sekitar rumah saya amati, he..he... termasuk yang kata orang marmer di rumah teman itu. Saya jadi sedikit bingung dengan sebutan marmer yang ternyata saya lihat masih banyak kenampakan fosilnya... memang sih sudah dipoles sangat kinclong. Menurut teori, marmer terbentuk oleh proses metamorfosa batugamping. Bisa metamorfosa kontak atau metamorfosa regional. Kalau berbicara metamorfosa mestinya ada transformasi material asal (batugamping) menjadi batuan baru (marmer) dengan mineral-mineral baru merupakan hasil rekristalisasi mineral-mineral penyusun batuan asalnya. Berdasarkan atas teori ini mestinya fosil yang ada di batu marmer tidak nongol lagi alias sudah mengalami rekristalisasi. Waktu itu saya bingung, ini marmer atau batugamping berfosil? Menjadi tanda tanya besar di kepala saya waktu itu. Baru kemudian terjawab setelah saya mengambil matakuliah Geologi Mineral Industri (dulu namanya Geologi Mineral Bukan Logam).

Telah dijelaskan bahwa marmer yang dikenal di masyarakat ada dua macam, marmer asli dan marmer industri (batu dimensi yang berasal dari batugamping). Kemudian, yang sangat populer adalah marmer industri ini, karena harganya jauh lebih murah daripada marmer asli. Jadi, ciri-ciri marmer asli adalah kristal kalsit/dolomitnya jelas, kalau diperbesar ada kontak suture di antara kristal-kristalnya, fosil sudah tidak nongol lagi. Hati-hati dengan batugamping kristalin...! Sama-sama terdiri dari kristal, tetapi kontak antar kristalnya masih mozaik.

Demikian sekilap info tentang marmer...

1 komentar:

intan mengatakan...

saya mahasiswi geografi UNJ angkatan 2003, lagi nyusun skripsi tentang sebaran industri marmer. bisa bantu cari referensi untuk teori-teorinya gak pak? makasih banyak sebelumnya