Minggu, 07 November 2010

Merkuri: petaka dibalik kekayaan dan kecantikan

Dulu rencananya artikel ini saya beri judul 'Sisi gelap lingkungan di sekitar tambang', tetapi kurang heboh.

Di dunia ini tidak ada yang tidak ingin cantik dan kaya. Banyak cara telah dilakukan untuk mencapai keduanya. Salah satunya adalah dengan bantuan merkuri (Hg), si logam cair yang sangat dinamis pada suhu kamar.

Untuk tampil cantik tidak perlu ke dukun (seperti di sinetron-sinetron yang marak di beberapa stasiun TV), cukup dengan perlengkapan kecantikan yang mengandung merkuri. Di sini konon merkuri berfungsi sebagai zat penambah untuk mempercepat pemutihan kulit. Sedangkan dalam dunia kekayaan, merkuri dapat membantu mempercepat pengambilan emas dari bebatuan yang mengandung emas (seperti cerita-cerita misteri mencari kekayaan saja...:)). Meskipun berbeda tetapi mirip, yaitu sama-sama meminta tumbal.

Secara geokimia, merkuri merupakan kelompok logam kalkofil, yang artinya mudah berikatan dengan belerang. Di alam, merkuri dapat berasal dari dua sumber, yaitu merkuri alamiah yang biasanya bersumber dari mineral zinabar (HgS) hasil mineralisasi hidrotermal, dan merkuri yang berasal dari aktivitas manusia (antropogenik).

Merkuri di alam umumnya dalam fase gas dengan waktu bertahan di atmosfer sekitar 1 tahun, dan diserap oleh air laut sebesar 0,29 pertahun. Karena laju penyerapan oleh air laut kecil, maka sisa merkuri akan diendapkan di permukaan tanah. Mikroorganisme tertentu, seperti bakteri anaerobik dapat menyebabkan metilasi pada merkuri membentuk merkuri monometil [CH3Hg] atau merkuri dimetil [(CH3)2Hg] yang sangat mudah larut dalam air dan siap diserap oleh organisme air, seperti ikan. Konsentrasi merkuri tergantung rantai makanan, dan bisa mencapai beberapa ribu ppm. Konsentrasi ini sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (Eby 2004).

Williams et al. (1999) menyatakan bahwa tidak ada konsensus internasional mengenai ambang batas merkuri terhadap risiko kesehatan manusia. Ketidakpastian ini dipengaruhi oleh periode laten antara masuknya merkuri dan efek neurologis. Umur, durasi penyerapan, kontribusi metil Hg dalam darah, dan status asupan makanan yang berhubungan dengan unsur Se (selenium) juga berpengaruh. Dari hasil telaah 300 studi epidemologi (MARC, 1981) menyimpulkan bahwa gangguan neurologi disebabkan oleh konsentrasi merkuri dalam darah mencapai >80 ng/ml. Hasil penelitian lainnya, respon depresi disebabkan oleh kandungan merkuri dalam darah sedikitnya 20 ng/ml (Lacerda & Salomons 1998).

Jadi, berhati-hatilah makan ikan yang sungainya sudah tercemar merkuri. Pada konsentrasi yang tinggi bisa menyebabkan kematian, seperti kasus di Minamata beberapa tahun silam.

Tidak ada komentar: