Sabtu, 16 Februari 2008

Puncak "nafsu" gunungapi: orgasme a la gunungapi...

Indonesia dikenal dengan julukan "ring of fire" karena busur gunungapi
berada tepat di sepanjang kepulauan Indonesia atau lebih tepatnya di sepanjang busur Sunda-Banda yang tersebar dari Sumatra hingga sebelah timur Laut Banda. Di sepanjang busur ini puluhan gunungapi aktif dapat dijumpai. Membicarakan/mendiskusikan tentang gunungapi tidak terlepas dari bencana alam yang cukup dasyat. Gunungapi, meskipun sangat menakutkan namun dapat mendatangkan berkah bagi masyarakat luas, terutama yang berada di sekitarnya. Salah satunya adalah, aktivitas gunungapi mempercepat proses pembentukan tanah (tanah di sekitar gunungapi menjadi kaya akan unsur hara dan subur). Aktivitas letusannya akan menghasilkan bebatuan dengan ukuran yang berkisar dari halus sampai kasar. Batuan yang berukuran halus sangat mudah diubah oleh alam menjadi tanah, berbeda dengan batuan yang ukurannya kasar, harus mengalami beberapa proses untuk menjadi tanah. Inilah salah satu daya tarik manusia untuk hidup di sekitar gunungapi.

Anda percaya gunungapi bisa orgasme? Tentu sulit menyamakan prilaku gunungapi dengan manusia/hewan bertulang-belakang yang dapat mengalami orgasme ketika rangsangan seksual mencapai puncaknya...:-). Lalu, bagaimana gunungapi bisa dikatakan mengalami orgasme?

Seperti halnya manusia (tapi jangan bilang bumi juga manusia... kayak iklan di-TV yang sudah diralat, hik), lempeng bumi juga mempunyai aktivitas, saling menggesek (baca dukun geologi). Akibat gesekan ini plus beberapa faktor lainnya (tidak dijelaskan di sini), batuan mengalami pelelehan sebagian dan membentuk magma yang mempunyai tekanan tinggi. Semakin banyak magma terbentuk, semakin besar tekanan pada magma. Karena begitu kuatnya tekanan pada magma, lapisan di atasnya tidak sanggup menahannya. Maka gunungapi mencapai puncak rangsangannya atau meletus (orgasme). Variasi letusan tergantung energi dan siklus. Makin sering meletus, energi untuk letusannya makin lemah dan sebaliknya makin jarang energi makin besar, sehingga orgasme-nya makin kuat. Kekuatan orgasme gunungapi ini menghasilkan dua tipe letusan gunungapi, yaitu letusan yang bersifat efusif (leleran) dan letusan yang bersifat eksplosif (muncrat). Identik dengan manusia, bukan...:-). Silakan coba sendiri, ha..ha... (diinspirasi dari presentasinya Pak S. Bronto pada Seminar Nasional 15 Februari 2008).

Bagaimana gunungapi menjadi begitu tinggi? Letusan gunungapi yang berulang-ulang menghasilkan tumpukan batuan volkanik yang diendapkan di sekitar pusat letusan (kawah gunungapi). Tentunya letusan ini tidak menghabiskan seluruh badan gunungapi, seperti halnya letusan gunung Batur tua dan letusan gunung Krakatau. Makin banyak letusan, makin tinggi gunungapi tersebut.

Apa sisi positif gunungapi di sekitar kita? Apakah kita hanya menikmati bencananya? Tentu anda masih ingat, aktivitas gunungapi berhubungan dengan aktivitas magma di bawah permukaan bumi atau pada kerak bumi. Aktivitas magma akan menghasilkan dua hal, pertama panas bumi. Panasbumi bisa dimanfaatkan untuk listrik dan merupakan energi yang dapat diperbaharui atau lebih keren dengan istilah green energy (energi yang ramah lingkungan atau dalam bahasa Malaysia-nya energi yang mesra alam). Banyak panasbumi dijumpai di sekitar gunungapi aktif, seperti Gunung Salak, Dieng, Lahendong, dll. Selain sebagai sumber panasbumi, akitivitas gunungapi mendatangkan potensi wisata yang sangat menguntungkan. Selain pemandangan di sekitar gunungapi yang indah, mataair panas yang biasanya muncul di sekitar gunungapi dapat dimanfaatkan untuk mandi, seperti yang banyak di Jepang untuk on sen.

Tidak ada komentar: